Life | Personal Stories | Relationships & Family | Article

Aku Love Bombing Pacarku Dan Memberinya Banyak Hadiah, Tapi Dia Tetap Meminta Putus

by The Simple Sum | December 9, 2024

Aku ingin menjadi pacar yang sempurna—selalu ada, selalu memberikan lebih dari yang dia harapkan. Aku ingin membuatnya merasa spesial setiap hari. 

Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk mengungkapkan rasa cinta, dan bagiku, love languageku adalah memberi hadiah. Aku selalu percaya bahwa memberikan segalanya kepada orang yang kita cintai adalah cara terbaik untuk menunjukkan perasaan kita. Itulah yang kulakukan untuk pacarku.  

Jadi, aku mulai melakukan love bombing—memberinya hadiah-hadiah mahal seperti perhiasan, surprise liburan, designer bag—pokoknya, apapun yang sekiranya akan membuat dia bahagia. Setiap kali dia menginginkan sesuatu, aku pastikan untuk memberikannya. Makan malam mewah, jalan-jalan, semuanya. Aku yakin semakin banyak yang aku beri, semakin dia akan merasa dicintai dan dihargai. 

Tapi aku tidak pernah menyangka, ternyata itu saja tidak cukup. 

Related

Life | Personal Stories | Relationships & Family | Comic | 8 Aug 2024

Ini Bukan Cinta, Tapi Penipuan Bermodus Cinta

Dari banyaknya hadiah dan perhatian yang aku beri, semuanya mulai berubah. Suatu hari, tiba-tiba, dia memutuskan untuk putus denganku. Aku terkejut. Semua uang yang aku habiskan, semua waktu dan usaha yang aku curahkan untuk membuatnya bahagia, ternyata tidak ada artinya di matanya. Setelah semua yang aku beri, dia pergi begitu saja seolah itu tidak berarti apa-apa. 

Saat itulah kemarahan muncul. Aku merasa benar-benar tidak dihargai. Aku sudah memberikan begitu banyak—bukan hanya uang, tapi juga waktu, energi, dan cinta. Lebih dari sekadar pacar, aku adalah seorang laki-laki yang memberikan apapun untuknya tanpa mengharapkan balasan. Tapi sekarang, semua itu terasa sia-sia. 

Akhirnya, aku meminta dia mengembalikan semuanya—hadiah, makan malam, biaya perjalanan, designer bag. 

Segala sesuatu yang aku habiskan untuknya, aku ingin ia  mengembalikannya. Aku bahkan membuat daftar dan menghitung berapa banyak uang yang telah aku keluarkan, termasuk uang bensin untuk perjalanan yang aku lakukan hanya untuk menemuinya. Aku merasa aku berhak mendapatkan semacam balasan atas investasi emosional dan finansial yang sudah aku berikan dalam hubungan ini. 

Aku tidak pernah membayangkan berakhir seperti ini, tapi aku rasa cintaku tidak cukup untuknya. Yang aku dapatkan hanya sakit hati. 

Artikel ini adalah bagian dari TSS Confessions, konten mingguan yang menjadi tempat kami mempelajari topik keuangan pribadi yang berdasarkan kisah nyata tanpa naskah.